Jumat, 02 September 2011

Enema / Huknah

ENEMA / HUKNAH

Definisi
Enema adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan kolon melalui lubang anus.
Tujuan
Tindakan enema diberikan dengan tujuan untuk mengeluarkan feses dan flatus.

Manfaat
1. Pertimbangan medis sebagai metoda pengosongan feces dengan segera dari kolon seperti: persaiapan pemeriksaan IVP dan colon in loop, tindakan pre operasi, konstipasi.
 Enema dimasukkan lewat anal hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema masuk, pasien akan buang air bersamaan dengan keluarnya cairan enema. Larutan garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrolit dari tubuh – seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon – seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa digunakan untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada kasus fecal impaction.
2. Pemeriksaan radiologi pasca pemberian barium enema.
 Pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai pemberian barium sulphat dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi normal kolon, mencegah komplikasi berupa retensi dan konstipasi akibat pemberian barium sulphat.
3. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau sodium bikarbonat.
4. Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah mengalami penurunan fungsi organ pencernaan.


Indikasi
1. Konstipasi
2. Impaksi Feses (tertahannya feses)
3. Persiapan pre operasi
4. Untuk tindakan diagnostik misalnya pemeriksaan radiologi, seperti colonoscopy, Colon in loop, endoscopy, Intra venous pyelografi, dll.
5. Pasien dengan melena


Kontra Indikasi
Pasien dengan diverticulitis, ulcerative colitis, Crohn’s disease, post operasi, pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, keadaan patologi klinis pada rektum dan kolon seperti hemoroid bagian dalam atau hemoroid besar, tumor rektum dan kolon.

Tipe-tipe enema
Enema dapat diklasifikasikan ke dalam 4 golongan menurut cara kerjanya :
a. Cleansing enema merangsang peristaltik dengan mengiritasi kolon dan rektum dan atau meregangkan intestinal dengan memasuki volume cairan. Ada 2 cleansing enema yaitu :
High enema (huknah tinggi)
High enema diberikan untuk membersihkan kolon sebanyak mungkin, sering diberikan sekitar 1000 ml larutan untuk orang dewasa, dan posisi klien berubah dari posisi lateral kiri ke posisi dorsal recumbent dan kemudian ke posisi lateral kanan selama pemberian ini agar cairan dapat turun ke usus besar. Cairan diberikan pada tekanan yang tinggi daripada low enema.; oleh karena itu wadah dari larutan digantung lebih tinggi. Cleansing enema paling efektif jika diberikan dalam waktu 5-10 menit.
Low enema (huknah rendah).
Low enema diberikan hanya untuk membersihkan rektum dan kolon sigmoid. Sekitar 500ml larutan diberikan pada orang dewasa, klien dipertahankan pada posisi sims/miring ke kiri selama pemberian. 
b. Carminative enema terutama diberikan untuk mengeluarkan flatus. Larutan dimasukkan ke dalam rektum untuk mengeluarkan gas dimana ia meregangkan rektum dan kolon, kemudian merangsang peristaltik. Untuk orang dewasa dimasukkan 60-180 ml. 
c. Retention enema: dimasukkan oil (pelumas) ke dalam rektum dan kolon sigmoid, pelumas tersebut tertahan untuk waktu yang lama (1-3 jam). Ia bekerja untuk melumasi rektum dan kanal anal, yang akhirnya memudahkan jalannya feses. d. Enema dengan mengembalikan aliran, mengarah pada pembilasan kolon, digunakan untuk mengeluarkan flatus. Pemasukan dan pengeluaran cairan yang berulang ke dan dari rektum. Pertama-tama larutan (100-200ml untuk orang dewasa) dimasukkan ke rektum dan kolon sigmoid, kemudian wadah larutan direndahkan sehingga cairan turun kembali keluar melalui rectal tube ke dalam wadah. Pertukaran aliran cairan ke dalam dan keluar ini berulang 5-6 kali, sampai (perut) kembung hilang dan rasa tidak nyaman berkurang atau hilang. Banyak macam larutan yang digunakan untuk enema. 

Bahaya enema adalah iritasi sabun dan efek negatif dari larutan hypertonik atau hipotonik. Pada cairan tubuh dan elektrolit, larutan hipertonik seperti larutan phosphate menyebabkan sedikit iritasi pada membran mukosa dan menyebabkan cairan dari jaringan sekitar tertarik ke dalam kolon. Proses ini disebut osmosis. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dapat terjadi, terutama pada anak < 2 th dapat menyebabkan hipokalsemia dan hiperphosphatemia.
Pemberian hipotonik yang berulang seperti enema berbentuk kran, dapat mengakibatkan absorpsi volume darah dan dapat mengakibatkan intoksikasi air.

Pedoman pemberian enema 
1. Menggunakan rectal tube dengan ukuran yang tepat, untuk orang dewasa no.22-30; anak-anak no.14-18, bayi no.12.
2. Rectal tube harus licin dan fleksibel, dengan 1 atau 2 pembuka pada ujung dimana larutan mengalir. Biasanya terbuat dari karet atau plastik. Rectal tube dilumasi dengan jelly/pelumas untuk memudahkan pemasukannya dan mengurangi iritasi pada mukosa rektum.
3. Enema untuk dewasa biasanya diberikan pada suhu 40,5-43 0C, untuk anak-anak 37,7 0C. Beberapa retensi enema diberikan pada suhu 33 0C. Suhu yang tinggi bisa berbahaya untuk mukosa usus; suhu yang dingin tidak nyaman untuk klien dan dapat menyebabkan spasme pada otot spinkter.
4. Jumlah larutan yang diberikan tergantung pada jenis enema, usia dan ukuran tubuh klien dan jumlah cairan yang bisa disimpan ; bayi, ≥ 250ml, toddler atau preschool, 250 – 350 ml, anak usia sekolah, 300 - 500ml, adolescent, 500 - 750ml dan adult, 750-1000ml
5. Ketika dimasukkan, pasien posisi lateral kiri, sehingga kolon sigmoid berada di bawah rektum sehingga memudahkan pemasukan cairan. Selama high enema, klien mengubah posisinya dari lateral kiri ke dorsal recumbent, kemudian lateral kanan. Pada posisi ini seluruh kolon dijangkau oleh air.
6. Insersi tube tergantung pada usia dan ukuran klien. Pada dewasa, dimasukkan 7,5-10 cm, anak-anak 5-7,5 cm dan pada bayi hanya 2,5-3,75 cm.
7. Kekuatan aliran larutan ditentukan oleh; tingginya wadah larutan, ukuran tube, kekentalan cairan, dan tekanan rektum.
Enema pada dewasa, wadah larutan tidak boleh lebih tinggi dari 30cm di atas rektum. Selama high enema, wadah larutan biasanya 30-45cm di atas rektum, karena cairan dimasukkan lebih jauh untuk membersihkan seluruh usus. Untuk bayi, wadah larutan tidak boleh lebih dari 7,5 cm di atas rektum.
8. Waktu yang diperlukan untuk memasukkan enema tergantung jumlah cairan yang dimasukkan dan toleransi pasien. Volume yang banyak seperti 1000ml, mungkin membutuhkan waktu 10-15 menit. Untuk membantu menahan larutan, dapat dilakukan penekanan pada bokong, agar terjadi tekanan di luar area anal.


Diambil dari sumber :
 1. Siregar C.T. Kebutuhan dasar manusia eleminasi BAB. http://ilmukeperawatan.com
2. Patricia A. Potter Et All. Fundamental Of Nursing, Concepts Process & Practice, Third Edition, 1992, Mosby Year Book Washington.
3. Sandra M. Nettina, Manual Of Nursing Practice, 6 Th Edition, 1996 , Lippinciott Raven Publishers.

Pemeriksaan Esophagus

BARIUM SWALLOW
 Barium swallow adalah pemeriksaan esophagus menggunakan bahan kontras. Indikasi yang paling sering dilakukan pemeriksaan ini adalah dysfagia dan odynofagia. Indikasi lainnya adalah ; evaluasi adanya tracheo-esophagus fistel, evaluasi adanya pembesaran atrium kiri, kecurigaan corpus alienum yang non opaque dan kecurigaan adanya perforasi. Kontra indikasi pemeriksaan relatif tidak ada.

Persiapan Pasien :
Tidak ada persiapan khusus. Pasien tidak perlu puasa.

Bahan :
- Suspensi kontras barium 30% - 50% w/v 100 v/v
- Kristal carbondioksida
- Water soluble contrast
Literatur lain menggunakan :
- 1 ampul Baros Bicarbonate dalam 10 cc water
- 2 oz. E-Z-HD atau Maxibar, 250% and 210% w/v, respectively (“thick barium”)
- 7 oz. Liquid E-Z-Paque Barium, 60 % w/v (“thin barium”)

Prosedur :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Pasien diberitahu beberapa instruksi yang nantinya harus dilakukan.
3. Pasien posisi tegak dengan wajah menghadap pemeriksa.
4. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam proses menelan yang simetris, posisi pasien harus di tengah/simetris, muka menghadap lurus kedepan, kepala tidak miring atau menoleh.
5. Disiapkan suspensi kontras barium 30% - 50% w/v
6. Pasien diminta mengulum kontras dalam rongga mulut 1-2 sendok. Kemudian dengan aba-aba pemeriksa, pasien diminta menelannya.
7. Perjalanan kontras melewati pharing dan esophagus dilihat melalui monitor untuk menilai fungsi menelan.
8. Perhatikan adanya aspirasi, kelemahan, obstruksi, striktur atau kelambatan pengosongan.
9. Jika didapatkan aspirasi yang signifikan, maka pemeriksaan harus dihentikan.
10. Jika semua berjalan baik. Eksposure dilakukan pada daerah yang dicurigai.       • Daerah pharing : posisi AP dan lateral.       • Daerah esophagus : posisi RAO atau LPO
11. Pada pemeriksaan dengan double contrast, Posisi pasien berdiri left Posterior Oblique.
12. Diberikan kristal carbon dioxida kemudian disusul suspensi kontras barium dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
13. Eksposure 3 spot pada esophagus pars thoracalis yang teregang oleh udara menggunakan kaset 14x14 tanpa magnifikasi. Spot pertama mencakup esophagus thoracalis bagian atas. Dan dua spot lainnya mencakup spighter esophagus bagian bawah.
14. Posisikan fluoroskopi di atas pharing/upper thoracic esophagus dan rekam 3 gambar. Lakukan hal yang sama pada esophagus bagian bawah/ regio GEJ.
15. Tentukan 3 spot non magnifikasi. Spot pertama diatas esophagus bagian atas. Dua lainnya spot pada open lower esophageal sphincter (LES).

16. Untuk menunjukkan adanya varices oesophagus :
- posisi pasien berbaring
- diberikan 1 sendok makan barium
- inspirasi dalam, tahan nafas sambil menelan barium dan diperintahkan malakukan Valsava manuver bersamaan eksposure.

17. Untuk kasus Tracheo Esophagus Fistula pada bayi.
- dipasang Nasogastric tube pada mid-oesophagus.
- Pakai kontras yang water soluble, dimasukkan dengan bantuan spuit.
- Posisi pasien lateral.
- Eksposure dilakukan saat kontras dimasukkan sambil nasogastric tube ditarik secara simultan

18. Untuk kasus corpus alienum non opak
- Menggunakan kapas yang dicelupkan barium water soluble.
- Kemudian pasien diminta menelan kapas barium tersebut.
- Eksposure pada posisi AP dan lateral.
- Tempat dimana kapas barium berhenti / tersangkut disitulah tempat corpus alienum berada


Komplikasi
1. Aspirasi
2. Perforasi pada daerah lesi


diambil dari berbagai sumber :
1. Ballinger P. W & Frank E. D. (2003) Esophagus, Merrill’s Atlas of Radiographic Positions & Radiologic Prosedures, Volome two, 10th ed. pp. 133-37. Mosby Inc.
2. Bontrager K. (2001) Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy, 5th ed. Double Contrast. pp. 452-56.
3. Canon, C.L. UAB Department of Radiology, Revised June 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar